Rabu, 22 April 2009

Kritik Film

TUGAS UAS
SINEMATOGRAFI
MENGKRITISI FILM

“DENIAS”
(Senandung di Atas Awan)




Disusun oleh:
SEPTINDA AYU PRAMITASARI
05220284
III / F



JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2007
DENIAS
“Senandung di Atas Awan”

Judul Film : Denias “Senandung di Atas Awan”
Sutradara : John de Rantau
Produser : Nia Zulkarnaen
Ari Sihasale
Penulis Skenario : J. Nyangoen
Monty Tiwa
Pemeran : Ari Sihasale
Nia Zulkarnaen
Marcella Zalianty
Albert Fakdawer
Michael Jakarimilena
Pevita Eileen Pearce
Mathias Muchus
Audrey Pailaya
Tanggal Rilis : 19 Oktober 2006
Durasi : 110


1. Sinopsis Cerita :
Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak seorang petani suku pedalaman Papua yang bernama Denias yang diperankan oleh Albert Fakdawer. Semangat dan keinginan sekolah selalu bergejolak di batin dan pikirannya. Hidup Denias dibayangi kesedihan semenjak kematian ibunya dalam sebuah tragedi kebakaran. Namun semangatnya untuk belajar tidak pernah pupus.
Kemudian berangkatlah Denias ke kota untuk menggapai cita-citanya sekolah. Tetapi sampai di kota Denias harus menemui kenyataan pahit, sekolah fasilitas hanya untuk anak kepala suku. Denias tidak menyerah sampai akhirnya dia bertemu dengan Bu Guru Sam yang diperankan oleh Marchella Zalianty yang membantu Denias masuk sekolah fasilitas tersebut.
2. Kekuatan Cerita :
Film “Denias” sangat terlihat menarik untuk menjadi hiburan sekaligus memberikan nilai pendidikan walaupun dasar ceritanya sangat sederhana. Dapat dilihat dari cerita yang diambil dari kisah nyata seorang anak yang ingin sekali mendapatkan pendidikan di sekolah Fasilitas, dengan usahanya yang sangat gigih akhirnya dia mendapatkan apa yang di cita-citakan. Peran yang dilakoni oleh Denias yang membuat kekuatan cerita ini semakin kuat. Gaya bicara dan tingkah laku Denias menceritakan dengan jelas kehidupannya dan kebudayaannya. Jadi kita dapat sekaligus belajar dari film tersebut tentang kebudayaannya dan kehidupan di pedalaman Papua.
Dalam Film “Denias”, cara penyampaian pesan kepada penonton sangat menarik. Film ini lebih bertemakan pendidikan. Dapat dilihat dari segi tema yang diangkat dan jalan cerita yang digambarkan sangat sederhana, sehingga kita sebagai penonton lebih mudah memahami dan mengambil kesimpulan dari film tersebut. Cerita film ini memberikan pendidikan yang baik bahwa untuk ingin menjadi orang berhasil harus berjuang mendapatkan pendidikan.
Kekuatan dalam film tersebut juga terletak pada keasliannya kehidupan suku pedalaman Papua. Cerita tersebut di gambarkan secara jelas kehidupan di suku pedalamannya dari kebudayaannya. Contoh dalam tersebut di gambarkan anak yang sudah beranjak dewasa diwajibkan memakai koteka dan setelah upacara pemakaian koteka tersebut dipisahkan tempat untuk laki-laki dan perempuan, dan juga dalam upacara beberkabung di Papua suami yang ditinggal meninggal oleh istrinya jarinya dipotong untuk menandakan bahwa suami itu duda dan tradisi mandi Lumpur, dll. Dan seluruh setting dilakukan di pulau Cendrawasih itu. Sehingga benar-benar nampak ciri khas budaya di suku pedalaman Papua.
3. Apresiasi dan Kritikan berdasarkan pendekatan structural
a. Struktur Film :
· Struktur Intrinsik :
Tema yang diambil oleh cerita itu tentang film pendidikan, yaitu perjuangan seorang anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dengan usaha yang dia lakukan sehingga dapat mendapatkan sekolah gratis. Lain dengan tema yang diangkat oleh kebanyakan film sekarang kalau tidak film horror ya film percintaan, film “Denias” ini mengangkat pendidikan menjadi tema dalam cerita tersebut. Menurut saya film ini sangat bagus ditonton untuk semua kalangan masyarakat baik anak-anak, remaja, ataupun dewasa. Amanat yang disampaikan banyak sekali dalam film “Senandung di Atas Awan”, yaitu memberikan semangat yang luar biasa dari seorang anak papua untuk sekolah kepada kita, dan memberikan semangat untuk memperjuangkan apa yang kita inginkan. Alur ceritanya menggunakan alur maju, karena ceritanya runtut dari Denias mendapatkan pendidikan di puncak jayawijaya sampai mendapatkan pendidikan sekolah di kota. Di tambah dengan tokoh-tokoh karakter yang diperankan dalam film tersebut menjadi kekuatan dalam cerita tersebut. Sudut pandang cerita film “Denias” berdasarkan kisah nyata seorang anak pedalaman Papua yang bernama Janias yang mempunyai semangat tinggi untuk mendapatkan pendidikan dan sekarang Janias kuliah di Australia. Penempatan setting sangat bagus karena tema yang diangkat tentang anak suku pedalaman Papua, sangat sesuai dan bagus sekali karena lokasi film tersebut dilakukan di kepulauan Cendrawasih. Gaya cerita tersebut di tampilkan dengan jiwa penuh semangat walaupun banyak halangan yang terjadi untuk mencapai semua yang diinginkan tetapi kesenangan akan usaha yang diraih menjadi ending film tersebut.
· Struktur Ekstrinsik :
Di dalam film “Denias” Senandung di Atas Awan bisa dilihat dari budaya yang ditampilkan dalam film tersebut. Seluruh penyampaian film tersebut tidak lepas dari budaya yang berada di suku pedalaman Papua. Dimana saat upacara koteka dilaksanakan dan setelah pemasangan koteka diadakan pisah rumah antara laki-laki dengan perempuan, dan juga upacara berkabung setelah meninggalnya istri diadakan upacara pemotongan jari dan mandi Lumpur. Dan penjabaran kehidupan dipedalaman papua yang sangat keras, penuh dengan kepolosan orang orang desa Wamena karena kurangnya pendidikan. Sangat bisa kita lihat dalam film ini. Kita bisa menjadikan film ini sebagai hiburan sekaligus pembelajaran.
b. Tekstur :
Film Senandung di Atas Awan, memperlihatkan sisi kehidupan papua yang benar-benar masih murni suku pedalaman. Dapat dilihat dari kostum, Penduduk asli pedalaman masih di tunjukan dengan pakaian adat Papua, masih menggunakan koteka walupun sebagian sudah mengenal pakaian penutup. Tapi di dalam film ini benar-benar tidak merubah adat kebiasaan orang pedalaman disana, rumah adat desa Wamena, logat bahasa juga sangat kental sekali. Sehingga film ini terlihat benar-benar murni. Ilustrasi Musik yang dipakai sekaligus soundtrack film ini dinyanyikan langsung oleh Albert pemeran Denias. Lumayan bagus sesuai dengan isi film tersebut, kesan dramatik lumayan muncul dalam film tersebut tetapi sedikit terlalu berlebihan dalam film tersebut, tidak ada penyesuaian terhadap visualisasinya. Dalam film ini tidak banyak menggunakan teknik-teknik pengambilan gambar yang sulit ataupun teknologi-tegnologi yang menghasilkan imajiner yang tinggi. Teknik pengambilan gambar lumayan bagus saat seluruh wilayah kepulauan Cendrawasih di tampilkan seluruhnya sangat bagus. Dan pengambilan gambar di sekitar desa di pedalaman itu sangat bagus. Dalam film ini benar- benar ingin menonjolkan keindahan kepulauan Cendrawasih.
c. Makna berdasarkan bentuk dan isi :
Film yang bercerita tentang perjuangan seorang anak Papua yang bernama Denias yang dengan segala macam cara mencoba untuk meraih pendidikan yang layak. Cerita ini di ambil dari seorang pribumi asli yang bernama Janias. Film ini tidak hanya sekedar sebuah film tetapi juga bisa menjadi inspirasi untuk mengambil keputusan apa yang terbaik buat hidup. Dan memberikan semangat juang yang tinggi untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Dan memberikan semangat untuk meperjuangkan apa yang kita inginkan. Film DENIAS “Senandung di Atas Awan” adalah sebuah film yang harus ditonton oleh mereka yang mengaku dengan dunia pendidikan di Indonesia. Sebuah film yang dapat membuka pandangan kita tentang betapa pendidikan yang layak di negeri kita ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak terjadi diskriminasi-diskriminasi yang tidak masuk akal. Sehingga menyebabkan banyaknya anak-anak yang mempunyai keinginan untuk sekolah yang besar putus di tengah jalan karena adanya latar belakang keluarga.
5. Penilaian
Berdasarkan teori Relativitas oleh Benard Heyl, menyatakan bahwa konsep yang memberikan persepsi tentang keunggulan atau kelemahan tentang sesuatu. Dari teori tersebut saya dalam mengamati dan mengkritisi film DENIAS “Senandung di Atas Awan” menurut saya ada beberapa kelemahan dan keunggulan dalam film tersebut. Baik dari segi teknik pengambilan gambar atau segi penyampaian pesan atau tekstur dan unsur-unsur lain yang mempengaruhi hasil film tersebut. Keunggulan film DENIAS “Senandung di Atas Awan” adalah dari tema yang diangkat adalah pendidikan. Ini memberikan nilai positif dari film tersebut, karena sangat sedikitnya film pendidikan yang di angkat dengan kenyataan sekarang yang maraknya film horror dan cinta yang di angkat menjadi tema. Film DENIAS ini bisa dijadikan contoh sebagai produser-produser lain agar tetap menjalankan nilai pendidikan dalam film mereka. Sedangkan kelemahan dari film ini adalah karena ceritanya sangat sederhana dan penyampaiannya sangat monoton. Kadang membuat orang malas untuk menonton walaupun tema yang di angkat bagus. Karena banyaknya saingan film-film komersil lainnya yang lebih menarik daripada yang hanya sekedar film pendidikan ini. Sekarang bagaimana caranya film pendidikan bisa dikemas dengan penyampaian yang sangat menarik dan tidak monoton. Dan berdasarkan teori Critical Singularism oleh Beardsley menyatakan bahwa setiap karya seni mempunyai kekhususan yang tidak dipunyai yang lain dan kekhususan itu menjadi “Khas”. Di dalam film yang di produseri oleh Ari Sihasale mempunyai cirri khas sendiri. Yaitu mengangkat tema-tema pendidikan untuk dijadikan karya seni mereka. Karena mereka ingin mengungkap keadaan pendidikan di Indonesia sebenarnya.

I. Pokok Pikiran1) Penulisan skenario film merupakan salah satu media pelestarian dan pengembangan budaya;
2) Penulisan skenario film dapat dijadikan sebagai salah satu media dan ahana mengkomunikasikan ajaran budi pekerti;
3) Penulisan skenario film dapat dijadikan sebagai ajang peningkatan kreativitas, sekaligus pengembangan bahasa dan sastra.
II. Dasar Kegiatan
1) Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor: 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah;
2) Program Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009;
3) DPA Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Nomor: 906/DPA-2008.
III. Bentuk KegiatanLomba Menulis Skenario Film Remaja/Pelajar Tingkat Jawa Tengah Tahun 2009.
IV. Tujuan
1) Meningkatkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap budaya Indonesia;
2) Meningkatkan dan menumbuhkembangkan kreativitas remaja/pelajar dan masyarakat terhadap seni film;
3) Menyediakan ajang kompetisi dan apresiasi bagi remaja/pelajar terhadap seni film.
V. PelaksanaanLomba Menulis Skenario Film Remaja/Pelajar Tingkat Jawa Tengah Tahun 2009 dilaksanakan mulai tanggal 1 April 2009 sampai dengan tanggal 25 Juli 2009.
VI. PesertaLomba Menulis Skenario Film Remaja/Pelajar Tingkat Jawa Tengah Tahun 2009 bersifat terbuka untuk umum, dapat diikuti oleh siapa pun yang bertempat tinggal di Jawa Tengah (dibuktikan dengan copy identitas, KTP/Kartu Pelajar/OSIS).
VII. TemaCerita untuk Lomba Menulis Skenario Film Remaja/Pelajar Tingkat Jawa Tengah Tahun 2009 bertema bebas, sejauh tidak mengarah pada persoalan SARA dan pornografi.
VIII. Persyaratan Umum dan Administrasi
1) Naskah harus asli karya sendiri, bukan karya terjemahan, saduran, atau gubahan.
2) Naskah belum pernah dipublikasikan.
3) Materi cerita berkisar pada permasalahan remaja/pelajar.
4) Naskah di-copy rangkap 4 (empat), dikirim ke:Panitia Lomba Menulis Skenario Film Remaja/Pelajar Tingkat Jawa Tengah Tahun 2009 d.a. Seksi Perfilman, Bidang NBSFDinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Jawa TengahJl. Pemuda 136 Telp. 024-3546001 Semarang, paling lambat tanggal 25 Juli 2009 (stempel pos).
IX. Ketentuan Teknis
1) Naskah karangan ditulis dalam bahasa Indonesia yang santun.
2) Naskah karangan diketik menggunakan kertas HVS ukuran kwarto berjarak 2 (dua) spasi.
3) Margin kiri 4 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 3 cm.
4) Keterangan dan identitas peserta ditulis pada kertas/halaman tersendiri.
5) Peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) naskah/judul.
6) Prediksi durasi antara 15 s.d. 20 menit.
X. Kriteria PenilaianAspek yang dinilai:
1) Aktualisasi gagasan/ide
2) Orisinalitas karya/cerita
3) Kesesuaian antara tema dan isi karangan
4) Sinematografi (angel, effect, suasana, dsb.)
5) Kesantunan penggunaan bahasa
XI. Tim PenilaiTim Penilai adalah praktisi film, akademisi, dan praktisi media.
XII. Kejuaraan dan PenghargaanAkan ditentukan kejuaraan dan penghargaan sebagai berikut:
1) Juara I memperoleh penghargaan berupa piagam, tropi, dan uang pembinaan sebesar Rp4.000.000,00
2) Juara II memperoleh penghargaan berupa piagam, tropi, dan uang pembinaan sebesar Rp3.500.000,00
3) Juara III memperoleh penghargaan berupa piagam, tropi, dan uang pembinaan sebesar Rp3.000.000,00
4) Sepuluh (10) naskah terpilih, masing-masing memperoleh penghargaan berupa piagam, tropi, dan uang pembinaan sebesar Rp2.000.000,00
5) Naskah Juara dan Naskah Terpilih akan diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.
XIII. Lain-lain
1) Pengumuman kejuaraan/pemenang akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 melalui surat kepada Bupati/Walikota, Instansi/Dinas terkait, dan media massa di Jawa Tengah.
2) Masing-masing pemenang akan dipanggil secara resmi untuk menerima hadiah dan penghargaan pada bulan Agustus 2009.
3) Hal-hal lain yang belum tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan dan Ketentuan Teknis ini akan diatur/ditentukan kemudian sesuai dengan keperluan/kebutuhan.Semarang, Maret 2009KEPALA DINASKEBUDAYAAN DAN PARIWISATATtd.Ir. SATRIYO HIDAYATPembina Tingkat INIP 19601214 198703 1 005

Sejarah Ketoprak

By : Septinda (chiku_hooku@yahoo.com)
SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA
SOSIALISASI KESENIAN KETHOPRAK DALAM USAHA UNTUK MELESTARIKAN KESENIAN KHAS SURAKARTA




Disusun oleh:
SEPTINDA AYU PRAMITASARI
05220284
IV/F


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2007
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia untuk belajar. Salah satu unsur kebudayaan yaitu kesenian. Kesenian atau seni merupakan unsur kebudayaan yang universal. Seni merupakan karya seni yang bermutu dilihat dari keindahan.
Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa, dan yang tentunya mempunyai kesenian budaya yang beragam bentuknya. Salah satunya suku Jawa yang banyak mempunyai kesenian daerah yang bermacam-macam. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kesenian daerah yang masih bertahan sampai sekarang.
Di Jawa Tengah salah satunya surakarta (solo) masih memiliki kesenian tradisional yang masih kental, seperti seni wayang kulit, seni wayang orang, ketoprak
[1], dan juga seni tarian tradisional yang sampai sekarang masih banyak dinikmati oleh masyarakat surakarta antara lain tarian gambyong, tarian bedhoyo kethawang[2], dan tarian srimpi[3] dll. Adapun kesenian musik seperti karawitan dan menggunakan alat-alat musik tradisional gamelan[4] yaitu, bonang, gong, kendang, dan sebagainya.
Kesenian tradisional, khususnya seni pertunjukan rakyat tradisional yaitu ketoprak yang dimiliki, hidup dan berkembang dalam masyarakat dan mempunyai fungsi penting. Seni pertunjukan ketoprak, wayang kulit, wayang orang sering mengambil cerita tentang kehidupan yang dialami di masyarakat. Walupun seni pertunjukan lebih menonjolkan dalam segi hiburannya. Tetapi, sebenarnya mempunyai banyak nilai dan fungsi bagi masyarakat.
Salah satu seni pertunjukan yang masih melekat oleh masyarakat solo yaitu ketoprak. Ketoprak sangat dinikmati masyarakat dari zaman dulu sampai sekarang. Karena nilai seninya ketoprak perlu dikembangkan dan dilestarikan sebagai salah satu kebudayaan Surakarta (Solo). Seni pertunjukan ketoprak juga sering digunakan untuk pertunjukan dalam pementasan seni budaya Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas, maka dapat diperoleh Rumusan Masalah yang akan dikaji antara lain :
1. Bagaimana Pengertian Ketoprak?
2. Bagaimana Asal mula Ketoprak ?
3. Bagaimana Deskripsi kesenian tradisional ketoprak ?
4. Bagaimana Peran dan Fungsi kesenian tradisional Ketoprak dalam kehidupan masyarakat ?
5. Bagaimana perkembangan kesenian tradisional kethoprak di kota Surakarta ?
6. Bagaimana cara mensosialisasikan kembali kesenian kethoprak di kota Surakarta ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, maka dapat diperoleh tujuan masalah antara lain :
1. Untuk mengetahui pengertian atau latar belakang Ketoprak.
2. Untuk mengetahui Asal Mula Ketoprak.
3. Untuk mengetahui deskripsi Ketoprak.
4. Untuk mengetahui peran dan fungsi kesenian tradisional Ketoprak dalam kehidupan masyarakat.
5. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan kesenian tradisional kethoprak di kota Surakarta.
6. Untuk mengetahui bagaimana cara mensosialisasikan kesenian tradisional kethoprak di kota Surakarta.

C. Kerangka Pemikiran
Menurut Koentjaraningrat (1990:181) dalam bukunya Pengantar Antropologi mengemukakan bahwa definisi kebudayaan paling sedikit ada 160 buah. Dan menurut beliau bahwa kebudayaan itu ada tiga wujud yang kompleks
[5]: Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, norma dan peraturan. Kedua, wujud kebudayaan suatu kompleks aktivitas dari manusia dalam masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah seluruh gagasan, ide, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh suatu kelompok manusi yang berfungsi sebagai pandangan atau arahan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam bentuk cara hidup manusia, cara berfikir atau keyakinan.
Kebudayaan menurut seorang antropolog yaitu (1871) dalam buku Soerjono Soekanto :
[6]
“Kebudayaan adalah kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.”
Dalam kata lain kebudayaan mencangkup keseluruhan yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Demikian pula dengan masalah kesenian yang merupakan salah satu unsure kebudayaan yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat. Kesenian merupakan keindahan yang mewujudkan nilai rasa. Ada kecenderungan bahwa manusia itu dapat menerima suatu keindahan yang salah satunya adalah kesenian.
Kesenian tradisional sekarang mempunyai banyak masalah yang disebabkan adanya kemajuan pengetahuan masyarakat. Kesenian tradisional semakin sulit ditemukan dikota-kota. Kesenian tradisional mengalami krisis penonton. Keadaan seperti itu yang mempengaruhi keberlangsungan kesenian tersebut. Oleh karena itu kesenian tradisional perlu adanya dukungan baik dana, penonton, maupun pelakunya.
Kesenian tradisional mempunyai peran fungsi sebagai media informasi. Media tradisional sering disebut sebagai bentuk folklor. Bentuk-bentuk folklor dalam buku Nurudin (2004:144):
[7]
“Bentuk-bentuk folklor antara lain :
1. cerita prosa rakyat (mite, legenda, dongeng)
2. ungkapan rakyat (peribahasa, pemeo, pepatah)
3. puisi rakyat
4. nyanyian rakyat
5. teater rakyat
6. gerak isyarat
7. alat pengingat
8. alat bunyi-bunyian.”

Dari bentuk-bentuk folklor diatas media tradisional memiliki macam-macam bentuk. Seperti ketoprak, wayang kulit, wayang orang, gamelan, kentongan, tari-tarian merupakan salah satu media komunikasi tradisional.





BAB II
PEMBAHASAN

Kota Surakarta yang sering disebut dengan Kota Solo yang merupakan pusat aktivitas penduduk yaitu dalam pemerintahan, pendidikan, perdagangan, dan pusatnya kebudayaan jawa. Kebanyakan penduduk yang tinggal di Kota Surakarta adalah suku bangsa jawa. Mereka hidup dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya jawa, bahkan pola pikirnya dipengaruhi nilai budaya yang ada dalam masyarakat.
Perkembangan kebudayaan Solo khususnya dalam kesenian. Sistem budaya yang ada di Solo masih dipengaruhi oleh pola kebudayaan keraton. Karena keraton adalah sumber kebudayaan daerah Surakarta, khususnya daerah pedesaan. Keadaan sosial budaya masyarakat di Kota Solo meliputi aspek kesenian, agama, dan bahasa. Kesenian yang berkembang pesat di kota Surakarta seperti seni pertunjukan wayang kulit, wayang orang, kethoprak dan lain sebagainya.

A. Pengertian Ketoprak
Ketoprak adalah merupakan seni pertunjukan rakyat tradidional yang sangat terkenal, khususnya di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY. Seni pertunjukan kethoprak lahir sekitar permulaan abad 20 di Klaten, Jawa Tengah.
Beberapa informasi tentang arti Ketoprak dalam bukunya Seni Pertunjukan Tradisional.
[8] Yaitu :
1. Tulisan Kuswadji Kawindrasusanta yang disampaikan pada Lokakarya Kethoprak Tahap I tanggal 17 sampai 9 Februari 1974 di Yogyakarta, menyatakan bahwa kata kethoprak berasal dari nama alat yaitu Tiprak. Kata Tiprak ini bermula dari prak. Karena bunyi tiprak adalah prak, prak, prak.
2. Serat Pustaka Raja Purwa jilid II tulisan pujangga R. Ng. Rangga warsita dalam bukunya Kolfbunning tahun 1923 menyatakan :
……. Tetabuhan ingkang nama kethoprak tegesipun kothekan.
[9]
ini berarti kethoprak berasal dari bunyi prak, walaupun awalnya bermula dari alat bernama tiprak. Dan juga kethoprak berasal dari kothekan atau gejogan. Alat bunyi-bunyian yang berupa lesung oleh pencipta kethoprak ditambah kendang dan seruling.
Awalnya kethoprak dalam permainannya, selain juga menari, semuanya diberi bingkai yang sederhana, misalnya seorang istri mengirim makanan dan minuman untuk suaminya yang sedang bekerja disawah, gadis desa yang beramai-ramai menuai padi, dan sebagainya. Semuanya gerak diekspresikan melalui tari yang sangat sederhana. Pada saat itu alat pengiringnya adalah lesung. Oleh karena itu kesenian kethoprak pada mulanya adalah kethoprak lesung.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kethoprak adalah seni pertunjukan teater atau drama yang sederhana yang meliputi unsur tradisi jawa, baik struktur lakon, dialog, busana rias, maupun bunyi-bunyian musik tradisional yang dipertunjukan oleh rakyat.
Dalam sebuah artikel menyatakan bahwa Semula kethoprak merupakan hiburan rakyat yang diciptakan oleh seseorang di luar kerajaan. Mereka menyiapkan panggung dan berlagak menjadi raja, pejuang, pangeran, putrid, dan siapapun yang mereka inginkan. Pada perkembangannya, hiburan kethoprak juga dinikmati oleh anggota kerajaan. Dan di setiap penampilannya selalu ada pelawak yang membuat kethoprak terasa semakin hidup. (
Http://students.ukdw.ac.id/~22022850/ketoprak.htm)
Dalam seni kethoprak ada beberapa hal yang ditemukan meliputi :
1. Lakon
Lakon dalam seni pertunjukan kethoprak adalah susunan peran dengan pola perwatakan yang permainannya, pembabakan dan pengadegan serta aspek-aspek lain yang bersangkutan dengan kebutuhan lakon, baik yang tertulis secara rinci maupun tidak berdasarkan cerita. Kadang-kadang dialog dalam susunan lakon ketoprak ditulis secara rinci, tetapi juga ada yang tertulis hanya garis besarnya.
2. Pemain
Pemain adalah orang-orang yang membawakan peran-peran dalam lakon
3. Dialog
Dialog adalah percakapan antar pemain sebagai salah satu bentuk permainannya.
4. Akting
Akting adalah bentuk-bentuk dan sikap-sikap pemain ketika membawakan atau peran.
5. Bloking
Bloking adalah posisi pemain ketika bermain dalam pementasan.
6. Rias
Rias adalah coretan-coretan, baik pada muka pemain-pemain maupun pada anggota badan mereka, termasuk penataan rambut.
7. Bunyi-bunyian
Bunyi-bunyian adalah suara-suara instrumental dan vocal, baik sebagai pengiring maupun ilustrasi babak, adegan maupun tekanan-tekanan gerak tertentu para pemain.
8. Tradisi
Tradisi adalah ketentuan-ketentuan yang sudah menjadi kebiasaan. Tradisi dalam kethoprak terutama tradisi jawa yang mencangkup bahasa, acting, bloking, busana, rias, setting, property, dan lain-lainnya.

B. Asal Mula Ketoprak
Apabila membicarakan tentang sejarah kethoprak, sangat susah mencari kebenaran lahirnya kethoprak pada tahun berapa. Karena banyaknya pendapat yang berbeda-beda tentang asal mula kethoprak. Dalam sebuah artikel menyatakan Kethoprak adalah satu dari puluhan kesenian tradisional yang masih dapat bertahan hingga sekarang. Kesenian ini lahir sekitar tahun 1920 di Solo, namun mencapai puncaknya di Jogja sekitar tahun 1950an.
[10]
Beberapa sumber tentang asal mula kethoprak dalam buku Handung Kus Sudyarsana (1989:9) :
[11]
1. Hasil penelitian Bagian bagian Kesenian Jawatan Kebudayaan Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia, menyatakan bahwa Kethoprak lahir di Surakarta pada tahun 1908, yang diciptakan oleh Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat. Pada awal tahun 1908 Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat emngadakan latihan kethoprak. Dalam latihannya beliau menggunakan alat tetabuhan, seperti lesung[12], sebuah terbang (rebana), sebuah seruling. Pemainnya terdiri dari Mbok gendro alias Nyi Badur dan ki wisangkoro. Nama gending-gendingnya megamendung, kupu tarung, menyusul kemudian gending trim, bak-bak, simah-simah, bluluk Tiba, dan Randha Ngangsu. Lakon yang dibawakan menceritakan tentang seorang petani yang sedang mencangkul di sawah di susul istrinya dengan membawakan makanan. Pakaian yang digunakan adalah pakaian sehari-hari para petani. Alat yang di bawa saat adegan adalah cangkul (pacul dalam bahasa jawa) dan tenggok ( tempat yang biasanya digunakan untuk jamu gendhong), yang penampilannya dilakukan dengan menari. Kadang-kadang menarinya dilebih-lebihkan hingga lucu. Maka dari itu banyak penonton menyebut sebagai penonton badutan[13]. Dialog yang digunakan adalah dalam bentuk nyanyian atau tembang (dalam bahasa jawa).
2. Dalam buku jawa dan Bali dua Pusat Perkembangan Drama Tradisionil Zdi Indonesia, tulisan Sudarsono 1972 menyebutkan antara lain :
“Kethoprak merupakan tarian rakyat yang belum begitu tua usiannya, kethoprak merupakan drama tari kerakyatan yang sesungguhnya, diciptakan oleh Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat dari surakarta tahun 1914.”

3. Dalam buku Ensiklopedia Umum, terbitan Kanisius, 1973 hlm.669 menerangkan :
Kethoprak, sandiwara rakyat khas Jawa Tengah, waktu lahirnya, siapa penciptanya tidak dapat dinyatakan secara pasti. Cerita-ceritanya diambil dari dunia kaum tani dengan maksud memajukan pertanian, juga cerita-cerita sejarah. Pakaian pelakunya sangat sederhana, celana hitam sampai lutut (tapak belo), baju kurung dan kain kepala. Gamelannya terdiri atas lesung (alat penumbuk padi), kendang, rebana dan “Keprak”, yang diselingi bunyi pukulan lesung sehingga disebut kethoprak.
Ada yang menerangkan bKethoprak lahir lebih kurang pada tahun 1887 di suatu desa bagian selatan Yogyakarta dan berupa pertunjukan yang dimainkan oleh anak-anak pada terang bulan dengan iringan bunyi-bunyian lesung dan benda-benda bersuara lainnya yang dapat ditemukan. Kemudian diteruskan oleh orang-orang dewasa yang membawakan cerita simbolis dan berlatar belakang kehidupan kaum petani.

4. Menurut Serat Pustaka Raja Purwa, lepas dari persoalan tempat lahir dan penciptanya, kethoprak benar-benar tumbuh dari rakyat dan untuk rakyat yang sebagian besar hidup dari pertanian. Dengan iringan lesung, seruling, keprak.
Dari beberapa pendapat di atas menurut penulis kethoprak masih belum jelas dimana, kapan, dan siapa yang menciptakannya. Menurut penelitian bahwa almarhum Raden Mas Tumenggung yang menciptakan pertama kali di surakarta (solo) dari hasil wawancara dari berbagai pihak masyarakat disana. Akan tetapi, kethoprak pada mulanya adalah dari para petani yang mengekspresikan kehidupan sehari-harinya dalam bentuk tarian dan nyanyian dengan iringan musik lesung dan keprak. Ini berarti bisa saja yang pertama kali menciptakan kesenian tradisional kethoprak adalah para petani itu sendiri dan dikembangkan oleh RMT Wreksodiningrat ke kota hingga sekarang.
Dalam Lokakarya kethoprak Tahap Ke-1 tahun 1974 di Yogyakarta yang diselenggarakan Bidang kesenian Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi DIY, telah disepakati periodisasi sebagai berikut :
1. Tahun 1887-1925 periode Kethoprak Lesung, dengan cirri-ciri :
a. Tetabuhan lesung
b. Tari
c. Nyanyian atau tembang
d. Cerita
e. Pakaian
2. Tahun 1925-1927 periode Kethoprak Peralihan, dengan cirri-ciri :
a. Tetabuhan campur (lesung, rebana, alat musik)
b. Tari
c. Nyanyian atau tembang
d. Cerita
e. Pakaian
f. Rias
3. Tahun 1927- sekarang periode Kethoprak Gamelan, dengan cirri-ciri :
a. Tetabuhan gamelan
b. Cerita
c. Nyanyian atau tembang
d. Pakaian
e. Rias

Periodisasi berdasarkan ciri-ciri Kethoprak tersebut masih belum jelas dan masih membutuhkan penelitian. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan tentang periodisasi tersebut :
1. Periode Kethoprak Lesung
Periode ini lahir sekitar tahun 1887-1925 dengan menggunakan alat tetabuhan yang disebut lesung yaitu alat penumbuk padi yang terbuat dari kayu nangka atau jati. Di dalam perkembangannya ditambahkan alat bunyi-bunyi lain seperti potongan-potongan bamboo yang disebut kotekan.
Kethoprak lesung ini adalah permainan para petani yang biasanya dilakukan pada malam hari saat terang bulan dan bernyanyi dengan iringan bunyi lesung dipukuli. Kemudian mereka kembangkan dengan beberapa penyanyi dengan menari dan membawa cerita tentang kehidupan para petani. Bentuk dialog yang di gunakan ada dua macam, yaitu tembang dan gancaran. Pakaian yang digunakan sangat sederhana. Kethoprak lesung berfungsi sebagai hiburan saja.
2. Periode Kethoprak Peralihan
Pada periode ini kethoprak beralih dari tetabuhan lesung ke tetabuhan campur. Yaitu alat musik yang digunakan sudah bertambah yang semula hanya instrument lesung sekarang ditambah dengan rebana dan biola. Lagu yang digunakan seperti pucung, mijil, dan lain-lain.
Pementasannya semakin bervariasi dengan berbagai dan tingkatan. Ceritanya beragam, seperti menceritakan cerita rakyat daerah jawa Tengah. Pakaian yang digunakan bertambah satu jenis. Selain menggunakan pakaian jawa juga menggunakan busana kethoprak yang sering disebut stambulan atau mesiran. Pementasannya semakin atraktif. Masih bertujuan sebagai hiburan.
3. Periode Kethoprak Gamelan
Pada periode ini kethoprak sudah tidak menggunakan instrument-instrument campur seperti pada kethoprak peralihan. Tetapi sudah menggunakan gamelan nada slendro dan pelog dan keprak. Cerita kethoprak pada periode ketiga tidak hanya cerita rakyat bahkan cerita-cerita ragam babad, sejarah, panji bahkan cerita-cerita luar negeri.
Perkembangan cerita kethoprak makin diperkaya sebagai cerita fiktif, bahkan masih berbentuk naskah. Sebagian juga menggunakan latar belakang babad dan sejarah. Bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa tingkat karma(halus), karma madya (sedang), ngoko (kasar) dan karma desa (halus untuk orang desa). Gending-gending yang digunakan semakin bervariasi.

C. Deskripsi Ketoprak
Seni pertunjukan Kethoprak sering digunakan untuk menghibur. Kebiasaannya pertunjukan kethoprak sekarang diiringi dengan gamelan. Dalam struktur pementasan kethoprak sering kali mengalami sedikit perubahan dari tahun ke tahun. Semakin bervariasi gaya dan lebih atraktif dalam meainkan lakon. Cara pementasannya semakin modern. Sekilas beberapa urutan struktur pementasan Kethoprak yaitu :
Pertama, pembukaan yang biasanya menampilkan beberapa tarian seperti tari-tarian tradisional sebagai penghibur utama sebelum penampilan kethoprak dimulai. Kedua, penampilan lakon dalam cerita yang disampaikan kethoprak, biasanya bercerita tentang cerita-cerita rakyat, atau seputar kehidupan sehari-hari bahkan cerita-cerita ragam babad. Dengan diiringi instrument-instrument yang sekarang berkembang menggunakan gamelan dengan alat musik barat seperti biola. Kemudian diselingi adegan-adegan lawakan atau lelucon dengan menggunakan dialog tembang dan gancaran. Penampilannya diikuti dengan tarian-tarian yang sering kali dilebih-lebihkan. Tembang yang dinyanyikan seperti pucung dan mijil.

D. Peran dan fungsi kesenian tradisional Ketoprak dalam kehidupan masyarakat
Menurut Everett Rogers, dalam tulisannya tentang Communication strategis for agricultural development (diambil dalam Kasiyanto Kasemin, 1999); Media tradisional mempunyai potensi yang besar dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan, karena media ini mempunyai audiensi yang luas dan kredibilitas yang tinggi dimata orang pedesaan.
Dari pernyataan di atas bahwa media tradisional memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat pada umumnya tanpa paksaan. Seperti halnya kethoprak, karena kethoprak merupakan media tradisional sangat melekat dalam kehidupan masyarakat.
Media tradisional seperti kethoprak juga relatif murah dibandingkan media massa modern. Dan juga media tradisional lebih mudah diterima, relevan dengan budaya yang ada, menghibur, menggunakan bahasa lokal, fleksibel, komunikasi dua arah sehingga dapat mudah dinikmati oleh masyarakat. Oleh karena itu media tradisional seperti kethoprak berperan dalam berbagai aspek pembangunan sosial, ekonomi, budaya dan berperan sebagai media komunikasi di Jateng.
Dari uraian mengenai sejarah kethoprak. Peranan dan fungsi Kethoprak dalam kehidupan masyarakat, menyebabkan Kethoprak tetap hidup dan berkembang sesuai dengan zamannya. Seni pertunjukan Kethoprak merupakan sarana komunikasi maupun informasi yang tradisional dalam penyampaiannya dalam masyarakat. Mengutip pendapat dari Ismaun dan Martono (1989/1990:75) dalam bukunya Drs. Sujarno mengatakan bahwa pada dasarnya seni pertunjukan tradisional secara umum mempunyai empat fungsi utama yaitu :
1. Fungsi sarana upacara
2. Fungsi hiburan pribadi atau tontonan
3. Fungsi pendidikan sebagai media tuntunan
4. Fungsi sebagai media kritik social
Berdasarkan atas fungsi diatas, seni pertunjukan kethoprak mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat sebagai berikut :
1. Kethoprak sebagai fungsi ritual
Pada awalnya tumbuhnya seni tradisi bermula dari adanya keperluan-keperluan ritual. Seni yang dimunculkan biasanya dianalogikan dalam suatu gerak, suatu, ataupun tindakan-tindakan tertentu dalam suatu upacara ritual. Kesenian pertunjukan tradisional Kethoprak berfungsi sebagai ritual yaitu sebagai salah satu prasyarat dalam sebuah acara.
Kethoprak masih banyak ditampilkan untuk upacara-upacara ritual. Untuk memenuhi fungsi ritual ini,seni pertunjukan yang ditampilkan biasanya masih berpijak kepada aturan-aturan tradisi yang berlaku. Seperti untuk pementasan kethoprak sebelum pertunjukan dimulai dilengkapi dengan beberapa sesaji yang harus dipenuhi.
2. Kethoprak sebagai fungsi pendidikan
Kethoprak adalah salah satu seni pertunjukan tradisional yang berfungsi sebagai media pendidikan atau sebagai tuntunan bagi para penonton yang menikmatinya. Di dalam setiap pementasan seni pertunjukan tradisional Kethoprak, pada intinya para seniman yang melakukannya mempunyai misi yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Misi yang akan disampaikan itu bisa melalui dialog drama ketoprak ataupun melalui gerakan apabila itu berupa tarian.
Sebagi media pendidikan melalui transformasi nilai-nilai budaya yang ada di dalam seni pertunjukan kethoprak tersebut, maka para seniman betul-betul dituntut dapat berperan semaksimal mungkin atas peran yang didapatnya. Kethoprak sebagai media pendidikan sebenarnya sudah terkandung pada hakekat seni pertunjukan kethoprak itu sendiri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya, serta ceritanya yang secara utuh.
Di dalam pementasan kethoprak biasanya tidak jauh berbeda dengan lakon-lakon wayang kulit maupun wayang orang. Hanya ditangan sutradaralah yang kadang-kadang diberi tambahan ataupun tergantungpada kreativitas sang sutradara. Sutradara yang jeli akan perkembangan zaman maupun kondisi lingkungan akan menambah atau memberikan nuansa yang berbeda, agar kethoprak yang dibinanya menjadi tontonan yang menarik.
Di dalam dialog-dialognya seni pertunjukan ketoprak juga banyak mengandung nilai fungsi pendidikan baik melalui jalan ceritanya maupun gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh pelakunya. Fungsi dialog yang paling menonjol adalah dialog-dialog yang membedakan misalnya antara juragan dengan para abdinya. Di dalam percakapan biasanya menggunakan tingkatan bahasa ngoko dan para abdinya menggunakan bahasa karma. Disinilah dapat dipetik bahwa di dalam pembicaraan dengan siapapun hendaknya selalu tanggap dengan kedudukan masing-masing,
Disamping fungsi pendidikan dilihat dari tutur kata berbahasa, juga dapat dilihat dari jalan ceritanya. Cerita yang ditampilkan oleh kethoprak (Balekambang-Surakarta) ternyata juga sering menampilkan cerita-cerita yang berasal dari cerita wayang, hanya kadang ditambah bahkan dirubah sedikit. Misalnya, cerita Cupu Manik yang merupakan cerita wayang yang ditampilkan dalam bentuk kethoprak. Kethoprak sering menyampaikan pesan terhadap penontonnya. Oleh karena itu, sekarang tinggal penontonnya bagaimana mencerna dan menyerap jalannya cerita dari sisi baik dan buruknya, dan akhirnya berguna dalam hidupnya.
Fungsi pendidikan dapat diambil manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari misalnya juga nilai kerukunan keluarga Pandawa yang bisa diterapkan dalam keluarga.
3. Ketoprak, media penerangan sebagai media kritik sosial
Dalam masa pembangunan seperti ini, seni pertunjukan kethoprakcukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, khususnya bagi masyarakat pedesaan atau masyarakt secara umum. Pesan yang ingin disampaikan sebagai contoh penampilan tokoh-tokoh para abdi/pembantu pada pertunjukan kethoprak. Mereka inilah yang menggambarkan figure-figur rakyat, sehingga bila kritik-kritik social atau media penerangan disampaikan melalui mereka.
Pesan-pesan pembangunan yang ingin disampaikan bisa dari berbagai topic sesuai dengan keinginannya. Misalnya topic tentang kebersamaan, kesetiaan, kepatuhan, bahkan dapat pula berupa kritikan social yang cenderung sering dilakukan oleh masyarakat masa kini. Misalnya issue akhir-akhir ini tentang masalah penegakan hokum, pemberantasan KKN dan sebagainya.
Di samping itu dilihat dari tontonan yang dapat menyampaikan pesan-pesan niali, moral, pembangunan dan kritik sosial yang disampaikan lewat kesenian tradisional kethoprak. Pertunjukan seni tradisional kethoprak di pedesaan juga berfungsi untuk menyebarkan informasi. Disini penonton dapat bertukar pikiran, dapat memperoleh informasi. Media pertunjukan seperti ketoprak sangat tepat untuk penyampaian kritik sosial. Karena kebanyakan masyarakat menganut paham paternalistik tentu sangat tabu apabila mengkritik secara langsung apalagi yang dikritik adalah pimpinan. Mengkritik dengan cara menyindir melalui tokoh-tokoh yang diperankan atau dialog-dialognya.
4. Ketoprak sebagai hiburan atau tontonan
Fungsi ketoprak juga sebagai sarana hiburan atau tontonan. Kebanyakan orang menonton seni pertunjukan ketoprak bertujuan untuk mencari hiburan., melepas lelah, menghilangkan stress, dan bersantai ria. Kethoprak sebagai sarana hiburan biasanya pertunjukan begitu lepas dan tidak dengan pelaksanaan upacara ritual.
Sebagai contoh untuk memperingati hari kelahiran seseorang ditampilkan cerita seperti gatotkaca, lahirnya Parikesit, lahirnya Wisanggeni. Untuk memperingati hari perkawinan mengambil cerita perkawinan Abimanyu, Rabinipun Arjuna. Kethoprak disamping sebagai media hiburan karena kesenangannya akan seni pertunjukan tradisional, dengan melihat tontonan ini secara tidak langsung penonton diajak untuk mengerti maupun memahami sejarah yang disampaikan melalui jalan ceritanya.

E. Perkembangan kesenian tradisional kethoprak di kota Surakarta
Sekarang seni pertunjukan tradisional kethoprak semakin merosot peminatnya, akibat globalisasi. Fenomena seperti ini tidak semuanya terjadi pada kesenian tradisional jawa lainnya. Masih banyak juga kesenian tradisional yang sampai sekarang masih dinikmati masyarakat. Hanya saja banyak seni pertunjukan tradisional yang mengalami perubahan fungsi. Kethoprak semakin tergusur oleh kesenian lain seperti film, orkes melayu (dangdut), televisi dan kesenian yang berbau modern lainnya.
Kethoprak pada zaman 60-an sampai 70-an khetoprak masih mendapat sambutan yang banyak dari penonton. Tetapi sekarang pada kenyataannya kethoprak mulai tersisih. Didalam pertunjukan kethoprak di Surakarta sekarang tidak dipadati penonton, bahkan tempat hiburan tradisional banyak yang ditutup. Masih ada beberapa tempat yang masih digunakan untuk seni pertunjukan yaitu Taman Hiburan Sriwedari. Dalam Koran Suara Merdeka (Rabu, 16 Nopember 2005), pernah memberitakan bahwa taman hiburan Sriwedari akan dijual tetapi akhirnya taman tersebut berhasil untuk dipertahankan. Seandainya Taman Hiburan Sriwedari benar-benar dijual, sama saja menghilangkan pelestarian budaya.
Para seniman pun sekarang semakin kehilangan jati dirinya sebagai seniman. Karena harus menyesuaikan atau berkreasi dalam era global ini. Dulu pernah kethoprak disajikan di media elektronik seperti televisi dan radio yang dapat menarik perhatian masyarakat. Tetapi, sekarang melalui media elektronikpun semakin tersisih dengan adanya tayangan-tayangan yang lebih modern.

F. Cara mensosialisasikan kembali kesenian tradisional di kota Surakarta
Untuk melestarikan kembali kesenian kethoprak di Surakarta. Pemerintah Kota Surakarta diharapkan untuk mengadakan pagelaran seni khas Surakarta, seperti wayang kulit, wayang orang, kharawitan, tari-tarian khas Surakarta dan salah satunya adalah kesenian kethoprak. Pagelaran seni ini dilaksanakan pada saat Ulang Tahun Kota Surakarta secara besar-besaran sehingga masyarakat dapat ikut berpartisipasi dan juga menikmati acara tersebut. Apabila kegiatan seperti itu bisa dilaksanakan dengan baik. Kemungkinan besar dapat menunjukan kesenian budaya yang ada di Surakarta sehingga masyarakat lebih mengenal tentang kesenian tradisional.
Acara pementasan di adakan di Taman Hiburan Sriwedari. Hal ini dikarenakan letak dari Taman Hiburan Sriwedari sangat strategis, dan mempunyai fasilitas yang mendukung untuk acara pagelaran seni ini. Isi acara ini menampilkan tari-tarian tradisional Surakarta, dan seni pertunjukan teater tradisional. Sebelum acara pagelaran dimulai pemerintah kota mengadakan acara karnaval keliling disekitar pusat kota Surakarta.
Dari keseluruhan acara ini diharapkan adanya partisipasi dari seluruh masyarakat Surakarta. Selain itu pesan yang tersampaikan kepada masyarakat dari acara ini yaitu untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap kesenian khas Surakarta terutama kethoprak yang sekarang mulai tersisih dari masyarakat akibat globalisasi.



















BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesenian tradisional kethoprak hanya salah satu dari beberapa kesenian tradisional yang berada di Surakarta. dari beberapa kesenian tersebut kethoprak salah satu kesenian yang melekat dalam kehidupan masyarakat selain wayang kulit dan wayang orang. Kethoprak adalah suatu bentuk seni pertunjukan tradisional yang mengangkat cerita-cerita sehari-hari, cerita-cerita rakyat yang ada di jawa dalam bentuk sajian drama dengan dialog bahasa jawa dan diiringi gamelan.
Cerita yang dibawakan biasanya berupa cerita babad, sejarah, dan cerita-cerita asing yang berasal dari Arab (seribu satu malam) dan cina. kethoprak pertama kali disebut kethoprak lesung yaitu dalam pementasannya menggunakan alat musik lesung, kemudian berkembang menjadi kethoprak peralihan dimana alat musik yang digunakan semakin bertambah tidak hanya lesung, rebana, dan alat musik barat, semakin berkembang lagi menjadi kethoprak gamelan yaitu alat musik sudah menggunakan tetabuhan gamelan, cerita yang disampaikan semakin bervariasi dan kreatif.
Keberadaan kesenian kethoprak semakin meredup dengan adanya globalisasi zaman. Semakin banyaknya kesenian modern yang ditampilkan lebih menarik di media elektronik maupun pentas seperti konser musik, film membuat kesenian kethoprak dan kesenian lainnya semakin hilang. Oleh karena itu perlu adanya pelestarian kesenian tradisional. Untuk mengembangkan kesenian budaya yang ada di jawa.

2. Saran
Karena semakin menurunnya seni pertunjukan tradisional yang masih dapat bertahan hidup di masyarakat. Semakin memprihatinkan untuk dilihat. Sehingga perlu adanya pengetahuan untuk para generasi muda. Pengenalan budaya sejak dini dalam keluarga sangatlah penting, untuk menambah wawasan dalam pengetahuan tentang kesenian budaya sendiri. Dan mengembangkan budaya yang ada dalam masyarakat tetapi tidak lepas dari penyesuaian perkembangan zaman. Mengadakan pementasan kesenian kethoprak yang diadakan setiap beberapa bulan sekali untuk menarik perhatian masyarakat kembali akan keindahan kethoprak, sehingga pengadaannya lebih meriah dan murah. Acara seperti itu dapat mengembalikan keberadaan kethoprak.








DAFTAR PUSTAKA

Bandem, I Made, Prof. Dr. dan Murgiyanto, Sal, Dr. 1996. Teater Daerah Indonesia. Jogyakarta: Kanisius.
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.
Nurudin. 2007. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Pt RajaGrafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sudyarsana, Handung Kus. 1989. Ketoprak. Yogyakarta: Kanisius.
Sujarno, Drs, dkk. 2003. Seni Pertunjukan Tradisional, Nilai, Fungsi, dan Tantangannya. Yogyakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Artikel :

Http://intranet.usc.edu.au/wacana/solo/tarian.htm
Http://students.ukdw.ac.id/~22022850/ketoprak.htm
[1] Ketoprak adalah sebuah teater yang berlakon dengan unsure-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan. Pelakunya terdiri dari pria dan wanita, sedangkan pertunjukannya diiringi dengan gamelan. (Bandem, I Made, Prof. Dr. dan Murgiyanto, Sal, Dr. 1996. Teater Daerah Indonesia. Jogyakarta: Kanisius. Hlm. 140)
[2] Bedhaya kethawang adalah tarian sakral kerajaan solo sejak awal abad ke-17 yang dipertunjukan oleh sembilan wanita hanya sekali setahun pada upacara peringatan penobatan raja. (http://intranet.usc.edu.au/wacana/solo/tarian.htm)
[3] tari serimpi adalah tarian yang pelan, terkendali, gerakan selaras, khususnya pada lengan, jari dan kepala, diilhami oleh air tenang yang mengalir.
[4] Gamelan adalah alat musik tradisional khas jawa
[5] Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropolgi. PT Rineka Cipta. Jakarta. Hlm186-187
[6] Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Hlm. 172
[7] Nurudin, 2007. Sistem Komunikasi Indonesia. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
[8] Handung Kus Sudyarsana.1989. Kethoprak. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 23
[9] kothekan yaitu potongan-potongan bamboo kecil dalam permainan dengan membunyikan lesung dengan berbagai macam ritme dan diiringi lagu-lagu rakyat seperti : ilir-ilir, ijo-ijo, dan lagu anak-anak seperti jamuran. Biasanya permainan ini dilakukan oleh gadis-gadis desa pada malam bulan purnama apabila cuacanya baik.
[10] (Http://students.ukdw.ac.id/~22022850/ketoprak.htm)
[11] Handung Kus Sudyarsana.1989. Kethoprak. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 9
[12] Lesung adalah tempat untuk menumbuk padi.
[13] Badutan adalah seperti orang yang bekerja untuk membuat lucu.

Puisi Hati

02 September 2002
By : Septinda (chiku_hooku@yahoo.com)

Kekasih hatiku kemarin duduk dalam ruangan sunyi ini dan membaringkan tubuhku yang lemah dikasur dan piala biru milikku ini. Kini menyelusup hatiku kala kau membaca, bahwa aku juga menyukaimu.

Inilah dunia impian dari dalam nyata. Karena laki-laki yang aku cintai telah pergi mengikuti keinginannya, sedangkan aku saat itu pula terkapar di negeri ketidaksadaran dan ketidakmampuan. Aku tahu kunci rukun dan kompak adalah bisa menjaga perasaan satu sama lain. Tapi kekasihku telah pergi ketempat yang jauh kelembah keasingan. Karena keraguan atas diriku yang tak pernah mengerti.

Diatas sepeda kekasih hatiku mengayuh, kala itu kamupun mulai membuka kisah hidup dan mengungkapkan benak dibait-bait hati kepadaku. Dia ungkapkan isi hatinya dan rahasia jiwanya. Oh,,,, kekasih hatiku kau telah pergi kedaerah dingin terpencil dan jauh dari nyerinya kehampaan kasih sayang.

Kekasihku...
Dia rupawan, menwan kala tersenyum. Kekasih hatiku memasuki hidupku dalam pegadaian kesunyian dan mengubur kesedihan dalam berbagai janji.
Kekasihku itu sesungguhnya seperti yang mungkin dicintai kaum hawa. Kekasihku amat istimewa sehingga membuatku bimbang bila kutak dapat menebus segalanya dengan sebuah kata kebahagiaan.
TAK DIHARAPKAN

Kala itu, dia tersenyum manis kepadaku. Dengan penuh gembira aku membalas senyumannya. Wajahku berubah menjadi muram ketika melihatnya tiba-tiba menangis. Ternyata dia kecewa padaku.. aku semakin bingung, aku hanya bisa menatapnya dengan penuh Tanya??? Dia semakin menundukkan wajahnya. Aku ingin mendekatinya, semkin mendekat semakin dia menangis keras. Apa yang terjadi padanya??? Apa yang harus aku lakukan padanya Tuhan. Aku hanya tidak ingin ada yang menangis. Akupun mulai menjauh, sedikit-demi sedikit aku menjauh dan senyumku berubah getir. Aku kaget, aku syok, dia mulai mengangkat wajahnya dan dia kembali tersnyum padaku. Dia bahagia melihat aku menjauh. Dan sampai sekarang dia seperti itu. Aku adalah manusia lemah, aku berada dalam diantara orang-orang yang tidak suka oleh diriku. Akupun menjauh dan aku sendiri dalam duniaku sendiri.